Apakah Kita Benar-Benar Butuh Motivator?

Sudah beberapa kali tempat kerja saya ngadakan acara-acara motivasi. Meski gak terlalu berminat, seluruh karyawan wajib ikut. Biar semangat kerja, kata Bos.

Terakhir yang saya ingat adalah acara malam renungan. Di sebuah aula, karyawan dikumpulkan. Duduk melingkar sambil memegang lilin. Lampu dimatikan. Suasana dibuat dramatis.

Lalu, pembicara memulai aksinya. “Ingatlah orang tuamu, ayah dan ibumu. Bayangkan…, bayangkan mereka” suaranya mulai terisak. Mungkin ini trik agar peserta merasa haru dan menangis. *suruh saja lihat buku tabungan, pasti nangisnya lebih kenceng #eh

Saya coba mengamati teman-teman, kok belum ada yang nangis. Saya colek teman di sebelah

“Ayo nangis bro. Kasihan motivatornya” Teman saya malah ngelus perutnya, ngasih kode kalau dia kelaparan.

Yang sebelah lagi malah terpejam, tertidur karna kecapekan seharian kerja.

Makin lama, sedu sedan pemateri makin keras. Sementara saya dan kawan-kawan tetap diam tak bergeming, memikirkan sebenarnya dia ngomong apa. Atau mungkin hati saya mengeras, hingga sulit tersentuh.

Padahal secara fitrah, manusia itu mudah terpesona kata-kata bijak lho. Makanya jangan heran jika sosmed banyak melahirkan motivator.

Motivator dadakan gitu, di grup WA dan BBM. Ujung-ujungnya banyak orang mudah menggurui & menasehati orang lain, meski hidupnya belum terlalu beres. #eh

Saya gak skeptis sama motivator lho, meskipun tak dapat dipungkiri banyak motivator yang dinabikan pengikutnya. Bukan pula tak mau menerima masukan dari mereka.

Cuman buat saya, kalau terlalu berlebihan berbagi motivasi, jadinya malah eneg.

Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan kata-kata mutiara.

Motivasi-motivasi yang kita dapat dari luar diri kita, biasanya mudah menguap menjadi fatamorgana.

Pas ikutan acara motivasi nangis-nangis gak karuan, eh besoknya sudah kumat lagi, kembali ke habitat awal.

Ucapan para motivator memang idealis, tapi kurang realistis. Kita tak tahu juga bagaimana perilakunya sehari-hari.

Kadang saya jadi mikir, apakah kita butuh motivator agar bisa bangkit? Bukankah sebaik-baik motivator adalah diri kita sendiri.

Orang tua dan pasangan kita pun sebenarnya motivator handal. Menatap wajah mereka saja, hati kita langsung sejuk.

Kalau sedang punya masalah, datangi saja ibumu. Peluk dan ciumlah. Minta nasehat dan doanya, insya allah ada jalan keluar.

Jika ingin jiwamu senantiasa termotivasi, cukuplah dengan rajin bersyukur, rutin berolahraga dan gemar berbagi kebaikan.

Ini jauh lebih efektif dibanding mengikuti seminar motivasi yang mahal. Pengen tenggelam dalam untaian kata yang bermakna, buka saja AlQuran.

Peningkatan kualitas diri kita tak akan pernah bisa dilakukan hanya dengan petuah bijak yang normatif. Jadi, sesungguhnya orang yang ingin mahir bermain gitar, tak memerlukan guru piano. Itu.

Salam super!

Nasehat Grup WhatsApp

Dulu, jika kita ingin mendapatkan kata-kata hikmah dan motivasi kehidupan, maka harus beli buku atau pergi ke perpustakaan. Sekarang jaman sudah berubah, semua menjadi lebih mudah. Cukup dengan membuka WA setiap pagi, maka jeng jeng jeng … bertebaranlah petuah dan wejangan hidup. Ini bisa kita temukan ndak cuma di grup pengajian. Tapi juga di grup alumni kuliah, grup kantor, grup sepedaan, grup arisan dan grup MLM.

Anggota WA memang macem-macem. Ada tukang copas yang suka berbagi, ada yang suka ngucapin selamat ulang tahun, ada yang hobi share meme lucu. Ada yang terburu-buru nyebar informasi terbaru A1, tapi ternyata hoax. Ada yang sebetulnya gak cakep-cakep banget, tapi karna terlalu pede, tiap hari posting foto selfie. Seolah dia tokoh hebat dan paling penting.

Ada pula yang pasif. Mungkin karna saking banyaknya grup yang diikuti, akhirnya jenuh sendiri. Ada yang sebetulnya ndak pengen gabung grup, tapi karna dimasukin sama admin ya gak bisa nolak. Inilah salah satu kelemahan WA. Kita tak pernah dimintai persetujuan saat dimasukkan ke grup oleh seseorang. Ujung-ujungnya malah ada beberapa grup yang di-mute. Karna kalau mau keluar grup, sungkan. Nanti dikira sombong.

Baca lebih lanjut

Rileks Sejenak, Menjaga Gairah

Tandanya  kita masih manusia adalah terkadang bersemangat, kemudian lemah letih loyo di lain waktu. Gak semangat lazimnya karna dead line kerjaan, kangen sama yayang, tanggal tua atau berantem sama kawan. Biasa itu, manusiawi. Tapi kalau lebih banyak gak bergairah, banyak murungnya, itu perlu diwaspadai.

Semangat terus juga gak mungkin. Emang robot.

Saya pernah mengalami situasi seperti ini; tiba-tiba males, bosen, uring-uringan gak jelas, bete, padahal saldo ATM masih banyak ada lho. *sombong*

Meski di tempat kerja sudah dibriefing, disuruh teriak yel-yel, tetep aja gak mempan. Mungkin hati saya mengeras, atau bisa jadi karna briefingnya formalitas aja. Kayak politisi, nyuruh anak buah begini begitu, eh yang nyuruh teryata omdo. Cuma mengatakan sesuatu yang tak pernah dikerjakan. Jadi ya masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. *sorry to say*

Gak semuanya sih. Ada juga briefing yang menarik. Keren, benar-benar memotivasi. Meski sebentar, tapi  yang disampaikan masuk ke hati. Sejuk mendengarnya. Ada.

Seorang kawan pernah menasehati saya. Katanya agar motivasi selalu terjaga, gak harus nunggu pengaruh dari orang lain. Banyak hal-hal sederhana yang bisa membuat kita relaks, tenang dan kemudian antusias dalam menjalani kehidupan ini. Berikut ini beberapa hal yang layak untuk dicoba :

Baca Selengkapnya

Prinsip Hidup

Prinsip hidup, apaan tuh?
Semacam moto?
Kayak semboyan?
Yel-yel?
Mirip kata-kata Om Mario Teguh?

Hmmm, panjang kalau dijelaskan di sini. Tapi saya yakin, setiap kita pasti punya prinsip yang jadi pegangan dalam menjalani kerasnya kehidupan ini. Mulai dari prinsip yang sederhana sampai yang rumit untuk dimengerti. Dari wejangan orang tua, dari kitab suci, dari quotes orang-orang bijak atau bahkan buatan sendiri.

Selengkapnya