Jika ada pertanyaan seperti itu, jawaban saya adalah menikah dulu. Mengapa? Karena sudah terlanjur kejadian 😂
Idealnya sebelum nikah punya penghasilan gede, punya rumah dan kendaraan. Mapan banget dah. Tapi sepertinya itu mimpi yang terlalu sempurna buat saya.
Sebagai fresh graduate yang baru kerja, berat bagi saya untuk mewujudkan semuanya. Saya lebih memilih untuk menikah. Secara usia, sudah matang, punya penghasilan dan yang paling penting ada yang mau sama saya. Maka tak ada alasan untuk menundanya. Bismillah, diniatkan ibadah, semoga berkah. Soal rumah, bisa dipikir sambil jalan.
“Bersama belahan jiwa, tak ada persoalan yang tak bisa diselesaikan bersama” prinsip saya kala itu.
Namun ternyata, semua tak seindah harapan. Banyak yang harus dipikirkan setelah menikah. Bayar kontrakan, beli susu anak, belanja bulanan, tiket mudik ke kampung halaman dan segala tetek bengek lainnya. Impian untuk memiliki rumah harus bertarung dengan kebutuhan hidup lainnya.
Tiap tahun belum tentu ada kenaikan penghasilan, namun harga rumah naiknya ugal-ugalan. Ditambah dengan belum adanya aturan pembatasan kepemilikan properti. Ini bikin orang kaya yang kelebihan duit memborong rumah dan tanah kaplingan, merebut pasar kaum menengah.
Selain karna harga yang mahal, ada beberapa alasan lain mengapa seseorang belum punya rumah. Diantaranya adalah karena belum nemu yang sesuai selera. Biasanya ini karna mempertimbangkan lokasi, jarak dan juga lingkungan.
Ada beberapa pertanyaan yang sering menghantuia saat akan meminang rumah impian. Milih tinggal di perkampungan penduduk atau di cluster one gate system tengah kota, kawasan rawan banjir atau tidak, tempat jin buang anak apa gak, trus nanti tetangganya seperti apa?
Tinggal di mana saja, peluang ketemu tetangga yang julid, suka buang sampah sembarangan, parkir kendaraan seenaknya, siram-siram jalanan pakai air got, nyetel musik sampai malam, pokoknya yang ya gitu deh; akan selalu ada.
Berikutnya karna gak bisa ngatur duit. Penghasilan sebenarnya cukup, namun gaya hidup terlalu tinggi. Duit larinya buat senang-senang aja gak ada prioritas hidup.
Betapa pun banyak kendala, memiliki rumah adalah impian yang harus tetap diperjuangkan, meski harus bercucuran peluh dan air mata. Kalau udah punya tempat berteduh yang tetap, hati rasanya lebih tenang. Gak kepikiran untuk ngontrak seumur hidup.
Sembari berusaha nambahin saldo tabungan, saya mulai ngobrol serius sama istri, mikirin mau homebase di mana, nanti pengen punya rumah seperti apa, bangun sendiri atau beli.
Buat kami, tak ada tempat sebaik dan senyaman rumah. Oleh sebab itu bukan hanya fisik rumah yang diutamakan, namun isinya juga. Harus penuh cinta dan kehangatan.
Ada beberapa kriteria rumah idaman versi kami. Yang pertama adalah lokasinya tidak jauh dari tempat kerja. Maksimal 30 menit lah. Lebih dari itu, gak deh. Bakalan capek dan tua di jalan. Tak ada lagi kesempatan untuk bercengkerama dengan keluarga. Tahu-tahu anak udah gede aja.
Gak bisa bayangin berangkat kerja sebelum matahari terbit dan pulang ke rumah habis magrib, dengan durasi perjalanan lebih dari dua jam pulang pergi. Dan entah mengapa hal ini dianggap normal oleh khalayak.
Makanya paling enak tinggal di kota kecil yang gak desa-desa banget seperti Ngawi, Tulungagung, Salatiga, Klaten. Fasilitas lengkap, aksesnya juga oke.
Gak ada macet, udara bersih, langit biru dan ke mana-mana dekat. Dekat ATM, dekat Indomart. Ke sekolahan, ke pasar, ke fasilitas kesehatan dan ke kantor pemerintahan bisa dijangkau dengan mudah.
Di kota mana pun, selama berkumpul bersama orang-orang terkasih, tentu akan terasa sangat menyenangkan
Berikutnya, rumah idaman kami adalah rumah yang kualitas bangunannya kuat, strukturnya gak kaleng-kaleng. Karna ini menyangkut keselamatan penghuninya. Apa jadinya jika rumah kualitas proyek, mau masang paku di tembok, malah runtuh dindingnya.
Selain itu rumah juga harus punya ventilasi yang baik, cukup kena sinar matahari dan punya ruangan yang lega, bersih dan rapi. Gak harus gede banget, yang penting gak berasa penuh sesak untuk beraktivitas. Ada kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar mandi dan ruang servis. Sedikit taman kecil atau kolam ikan, tentu akan membuat suasana rumah menjadi sejuk dan teduh.
Semua kriteria tentang rumah yang kami idamkan tersebut kami masukkan ke wishlist. Dan hamdalah, setelah sekian purnama akhirnya bisa terwujud. Semua ini atas perkenan dan pertolongan Yang Maha Kuasa.
Apa saja yang kita impikan, akan disiapkan menjadi kenyataan di masa depan. Maka impikanlah, terutama kebaikan.
Balik lagi ke pertanyaan di awal, mau nikah dulu atau punya rumah dulu, terserah saja. Ikuti kata hatimu.
Semoga selalu ada jalan dan kemudahan untuk memiliki tempat tinggal yang layak dan pasangan yang baik.
Tabik