Melepas Anak Kuliah

Tahun ini anak saya masuk kuliah. Ia diterima di salah satu kampus negeri di kota Malang. Saya bersyukur, semuanya berjalan dengan lancar. Mulai dari milih jurusan, ngurus pendaftaran hingga masuk asrama kampus.

Hamdalah, banyak kemudahan yang saya temui. Semua ini tak lepas dari bantuan pihak sekolah, guru-guru, saudara dan handai taulan yang turut mendukung anak saya melanjutkkan studi.

Berkaca dari pengalaman tersebut, saya mencoba merangkum beberapa hal yang perlu disiapkan ketika anak-anak akan mememasuki dunia perkuliahan.

1. SIAPKAN DANA

Sebenarnya bukan saat kuliah saja kita sebagai orang tua harus nyiapain ini. Masuk TK, SD pun, tetep butuh. Nominalnya relatif, bisa mahal atau murah. Mau murah pun, jika gak punya duit ya bakalan bingung. Mahal pun, akan lebih terasa ringan jika disiapkan jauh-jauh hari. Kalau dadakan, bakalan pusing deh, mau nyari kemana.

Oleh sebab itu, ada baiknya jika kita lebih bijak dalam melakukan pengeluaran dan mulai menabung. Mau dalam bentuk tabungan pendidikan, beli saham, beli sapi dan kambing, atau inves tanah; terserah. Intinya kita harus membangun kesadaran dan lebih peduli dengan pendidikan anak kita.

Ada beberapa orang tua yang tidak mendukung anaknya untuk melanjutkan pendidikan dengan alasan terkendala biaya. Padahal ketika dicek, motor di ruang tamu ada tiga, kursi di rumah modelnya seperti sofa di sinetron Indosiar, langanan wifi, hand phone canggih, dan punya burung murai. Ini sebenarnya masalah prioritas.

Biaya kuliah memang mahal, namun jangan pernah takut kesulitan untuk pendidikan anak. Inilah jihadnya orang tua, siap jungkir balik demi kebaikan anak-anak. Insya allah kita akan dimampukan. Jalan rizki akan terbuka, jika semangat dan kemauan kita besar, serta setia pada kebenaran.

2. KUMPULKAN INFORMASI

Ketika duduk di bangku SMA, saya menggali lebih dalam bakat dan minatnya, nanyain nanti mau ambil jurusan apa dan kuliah di mana, menganalisa nilai raportnya, mencari tahu kuota dan jumlah pendaftar dan segala seluk beluk tentang dunia kampus. Orang tua juga harus update informasi, biar nyambung ketika diskusi dengan anak.

Selain itu saya juga memberi kebebasan padanya untuk memilih, tak pernah memaksakan.

Terkadang anak jadi ajang balas dendam orang tua untuk mewujudkan ambisi dan cita-citanya. Saya tak kecewa ketika ia tak berminat masuk sekolah kedinasan seperti bapaknya. Saya tak mengharuskan anak-anak mengikuti jejak orangtuanya. Saya ingin ia menjadi dirinya sendiri, mengikuti panggilan jiwanya, menjalani pilihan hidupnya dengan bahagia.

3. SIAPKAN MENTAL & TATA HATI

Tingkat polah anak-anak terkadang mengejutkan orang tuanya. Dan kita harus siap dengan itu.

Bagaimana jika pilihan anak tak sejalan dengan harapan kita? Orang tua ingin anaknya jadi dokter, anaknya malah milih jurusan filsafat.

Bagaimana jika anak memilih universitas yang jaraknya ribuan kilometer dari rumah? Siapkah kita melepasnya?

Atau bagaimana jika anak tak punya kemauan untuk melanjutan kuliah, lebih tertarik untuk jualan pop ice.

Saat mengantarnya masuk asrama, saya mencoba untuk tegar, janji gak bakalan nangis. Namun tetap saja, perpisahan dengan anak gadis selalu emosional.

Pelukannya menyiratkan ia tak ingin ditinggalkan. Isak tangisnya menggambarkan rasa cinta pada orang tuanya. Suasana pun makin sendu.

Sejatinya saya pun tak ingin berpisah dengannya. Namun inilah hidup, hal-hal baik harus diperjuangkan. Kami orangtuanya harus ikhlas, melepasnya terbang tinggi, bertarung menaklukkan dunia demi meraih impiannya. Anak pun juga harus siap, perihnya menahan rindu, bersusah payah belajar demi hari esok yang lebih baik. Perpisahan ini tak akan lama. Ini adalah cara Tuhan agar kami saling menguatkan dan saling mendukung.

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk mengantarkan anak-anak kita menjadi generasi yang cerdas dan bertakwa.

3 pemikiran pada “Melepas Anak Kuliah

Komentar kamu